GRC City – The Five Minutes Reading Approach

Subramaniam Anbanathan – Anggota Bidang Pengembangan, Asosiasi GRC Indonesia

 

Dinamika lingkungan bisnis merupakan sebuah keniscayaan yang secara konsisten cenderung mempengaruhi kemampuan organisasi untuk bertumbuh dan berkelangsungan. Dalam perspektif pertumbuhan dan kelangsungan kegiatan usaha, organisasi dihadapkan pada kemampuan untuk menyeimbangi 2 (dua) dimensi, yakni dimensi kinerja dan kepatuhan. Kedua dimensi tersebut diharapkan memiliki batas penyimpangan yang mendekati nol atau secara matematis dinyatakan sebagai limit f(x) ® 0. Pernyataan ini sekaligus mengisyaratkan bahwa organisasi diharapkan peka untuk memahami dinamika dan ketidakpastian kinerja dan pada saat yang sama juga peka untuk  memahami dinamika dan ketidakpastian kepatuhan. Memahami dan mengembangkan kemampuan tersebut mampu menransformasikan secara holistik pengetahuan dan pemelajaran menjadi upaya kreativitas dan inovasi dalam mengoptimalkan pengelolaan ketidakpastian di masa depan.

Pada kesempatan ini, penulis akan memindai dan mengeksploitasi dinamika dimensi kepatuhan melalui mekanisme studi literatur yang dilakukan secara sistematis (systematic literature review). Paparan awal dimulai dari catatan sejarah yang menunjukkan bahwa pemberdayaan dimensi kepatuhan telah ditemukan melalui transformasi konsep ‘mitos’ menjadi ‘logos’ oleh Thales of Miletus (625-547 SM) dan dijadikan sebagai era awal pengungkapan kepatuhan. Selanjutnya seorang filsuf bernama Thiruvalluvar (300 SM) melalui tulisannya ‘Thirukkural’ atau dikenal sebagai etika tamil klasik, telah mengungkap sebanyak 1.330 bait tentang etika dan moralitas. Pada bait ke 172, disebutkan bahwa “mereka yang tersipu karena kekurangan kekayaan tidak akan melakukan tindakan tercela hanya karena menginginkan keuntungan semata-mata”. Lebih lanjut, Konfusius atau Kung Fu Tzu, yang dikenal sebagai filsuf pertama Tiongkok (552 – 479 SM) mengatakan “pemimpin hanya bisa menjadi hebat jika mereka menjalani kehidupan yang patut diteladani dan dipandu oleh prinsip-prinsip moral. Jika pemimpinnya berbudi luhur, orang-orang akan meniru keteladanannya. Thales, Thiruvalluvar dan Konfusius adalah sebagian dari banyak filsuf lain yang telah menguraikan hakikat dan esensi etika dan moral sebagai dasar membangun kemampuan untuk patuh dan bebas dari benturan kepentingan.

Pemberdayaan dimensi kepatuhan selanjutnya berevolusi selama bertahun-tahun, mulai dari perspektif spiritual menuju perspektif kajian ilmiah (scientific study) yang tetap mempertahankan nilai-nilai luhur atas hakikat dan esensi etika dan moral. Hasil kajian literatur terhadap evolusi dimensi kepatuhan melalui pemberdayaan manajemen kepatuhan selama periode tahun 1953-2022, menunjukkan ada sebanyak 1000 artikel yang telah dipublikasikan di beberapa jurnal ilmiah dengan jumlah sitase lebih dari 3000/tahun. Keterkaitan dan pergeseran paradigma dalam memberdayakan manajemen kepatuhan dapat dilihat dalam format network visualization di Gambar 1 berikut ini:

Gambar 1: Hasil Kajian Literatur Artikel “Manajemen Kepatuhan” Periode 1953-2022

Gambar 1 menunjukkan setidaknya ada sebanyak 5 kelompok orientasi yang berevolusi selama 69 tahun terakhir terhadap pemberdayaan manajemen kepatuhan yang ditandai dengan lima warna. Uraiannya adalah sebagai berikut:

  1. Warna Merah: kepatuhan cenderung berorientasi pada proses pengobatan, kesehatan anak, kebersihan, perawatan kesehatan dan penyembuhan (kemanjuran);
  2. Warna hijau: kepatuhan dikaitkan sebagai fungsi pengendalian, menyikapi perubahan dan ketidakpastian, peran dan keberadaan perempuan, kemiskinan, kesehatan pembuluh darah;
  3. Warna Kuning: kepatuhan dijadikan sebagai protokol formal berupa panduan, membangun relasi dan kemitraan, tinjauan sistematis, integrasi kebutuhan kepatuhan;
  4. Warna Ungu: kepatuhan diungkap dalam metrik pengukuran yang digunakan sebagai salah satu pendekatan, status negara, potensi penyebaran pandemic covid, tingkat kepercayaan;
  5. Warna Biru: kepatuhan diberdayakan dalam bentuk permodelan yang dikaitkan dengan berbagai riset, eksperimen, perilaku, keterbukaan informasi, pencapaian tujuan untuk memiliki kelangsungan, optimalisasi pajak.

Dalam perspektif helicopter view, dinamika dan tingkat intensitas pemberdayaan manajemen kepatuhan dalam format density visualization yang dapat dilihat di Gambar 2 berikut ini:

Gambar 2: Hasil Kajian Dinamika dan Tingkat Intensitas Manajemen Kepatuhan Periode 1953-2022

Gambar 2 menunjukkan setidaknya evolusi terhadap pemberdayaan manajemen kepatuhan memiliki dinamika dan intensitas tertinggi dalam perspektif pengendalian, metrik pengukuran, pembentukan pola perilaku patuh, dan permodelan fungsi kepatuhan.

Berbasis pada horizon waktu dan peristiwa, maka dapat dikatakan bahwa potensi terhadap dinamika masa depan memiliki keunikan yang tersendiri. Namun kejadian masa lalu dan saat ini masih memiliki pengaruh atas keunikan tersebut (history repeats). Hasil kajian ini tentunya dapat dijadikan sebagai salah satu masukan yang penting dalam mengembangkan pemberdayaan manajemen kepatuhan di masa yang akan datang.