GRC City – The Five Minutes Reading Approach

DINAMIKA PERGESERAN PARADIGMA PENETAPAN KONTEKS DALAM MENGELOLA RISIKO DI ERA BANI

Oleh: Subramaniam Anbanathan – Anggota Bidang Pengembangan, Asosiasi GRC Indonesia

 

Keberadaan manajemen risiko dari waktu ke waktu mengalami perubahan dengan karakteristik yang tidak mudah untuk dipindai. Sejalan dengan disrupsi era BANI (Brittle, Anxiety, Non-linear, Incomprehensible) yang telah bertransformasi dari era VUCA dan TUNA, karakteristik konteks dalam pengelolaan risiko melalui prinsip “Customized and Dynamics” (Panduan ISO 31000:2018) telah mengalami pergeseran paradigma yang sebelumnya berbasis pada cognitive complexity menjadi cyclomatic complexity, referensi artikel sebelumnya di:

https://theigrca.org/2022/11/02/pergeseran-paradigma-mengelola-risiko-dalam-menyikapi-transformasi-era-vuca-menuju-bani/

Dinamika konteks merupakan bagian yang terintegrasi dengan skema lingkup dan kriteria dalam proses risiko. Konteks dalam pengelolaan risiko secara pragmatis dapat dinyatakan sebagai “hal atau faktor apa yang dapat mempengaruhi aktivitas” yang selanjutnya memiliki potensi untuk menimbulkan ketidakpastian dalam mencapai tujuan. Blundo et al, 2021 dalam “A New Sustainability-Based Risk Management System in Uncertain Times” mengatakan bahwa konsep yang digunakan dalam mengungkap konteks peristiwa risiko dari sebuah proses berpotensi memiliki paradoks inklusivitas yang berorientasi pada paradigma Interpretatif (Interpretative) dan Positivisme (Positivist).

Uraiannya adalah sebagai berikut:

  1. Paradigma Positivisme sejalan dengan pengembangan ilmu pengetahuan alam yang berorientasi pada keberadaan dan keandalan data dan fakta yang cenderung diperoleh melalui pendekatan secara kuantitatif. Data yang dimaksud juga setidaknya memiliki metrik yang dapat diukur (O’Donnell et al. 2013);
  2. Paradigma Interpretatif yang berorientasi pada aspek konseptual yang cenderung menggunakan pendekatan yang kualitatif(Organ & Stapleton 2016);

Pendekatan ini juga dapat berorientasi pada tata cara menafsirkan teks, objek, dan konsep, termasuk teori pemahaman (Kristensen et al. 2013) yang cenderung diperoleh melalui pendekatan secara kualitatif.

Atas dasar pertimbangan tersebut, memindai dan mengungkap karakteristik peristiwa risiko yang berbasis pada dinamika konteks membutuhkan perspektif yang berorientasi pada paradigma positivisme dan interpretatif.  Selanjutnya proses ini dapat dielaborasi lebih rinci berdasarkan dimensi ruang dan waktu untuk mengungkap peristiwa penyebab dan dampak dari peristiwa risiko tersebut, referensi artikel sebelumnya di:

https://theigrca.org/2022/11/14/elaborasi-makna-dan-esensi-time-horizon-dalam-mengidentifikasi-peristiwa-risiko/

Keterkaitan antara peristiwa risiko dan dinamika konteks dalam mengelola risiko telah mendisrupsi keterbatasan terhadap lingkup konteks yang sebelumnya hanya fokus pada konteks eksternal (melalui kerangka PESTLE) dan konteks internal (melalui sumber daya, infrastruktur dan kapabilitas organisasi). Salah satu wujud disrupsi konteks eksternal  dapat dilihat di Diagram 1 berikut ini:

 

Diagram-1: “What The CFO /Leaders Needs to Know About External Risks” (OCEG &SAP, 2019)

Memindai dinamika konteks juga dapat dilakukan dengan menggunakan model bisnis kanvas atau yang umum disebut dengan “Business Model Generation”, (Osterwalder & Pigneur, 2010). Penggunaan kerangka model kanvas juga merupakan salah satu kerangka yang disarankan dalam Pedoman Umum Manajemen Risiko BUMN (Final Deliverables, V5.0, 11 Februari 2022) yang terdapat di Lampiran 2, halaman 69. Pemberdayaan model bisnis kanvas ini bukan hanya diperuntukkan dalam mengungkap konteks risiko, akan tetapi memiliki multi fungsi yang dapat diberdayakan melalui elemen model kanvas, yakni:

  1. Proposisi nilai (value propositions): menguraikan kecukupan dan keselarasan dalam pencapaian tujuan yang terintegrasi melalui metrik indikator kinerja utama (KPI) yang terukur;
  2. Aktivitas utama (key activities): menguraikan kecukupan aktivitas utama dalam merealisasikan pencapaian tujuan yang selaras dengan proposisi nilai;
  3. Sumber daya utama (key resources): menguraikan kebutuhan sumber daya baik terhadap kesiapan SDM maupun sarana dan prasarana;
  4. Mitra utama (key partners): menguraikan keterlibatan para pihak yang menyediakan kebutuhan sumber daya utama, termasuk pelaksanaan aktivitas utama (jika ada);
  5. Hubungan pengguna produk dan pelayanan (customer relationship): menguraikan program atau inisiatif yang terkait dengan cara membangun komunikasi dengan para pengguna produk dan layanan untuk menyikapi kebutuhan dan keinginannya secara holistik dan berkesinambungan;
  6. Kanal (channel): menguraikan jenis media dan jalur komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan dan menghantar hasil pekerjaan, termasuk pelayanan kepada penggunanya;
  7. Segmentasi pengguna produk dan pelayanan (customer segmentation): menguraikan jumlah dan karakteristik segmentasi terhadap para pengguna produk dan pelayanan yang disesuaikan dengan lingkup bisnis, produk dan jasa, serta aplikasinya;
  8. Struktur biaya (cost structure): menguraikan elemen atau komponen biaya terhadap kegiatan yang dilakukan di poin 2 hingga 4;
  9. Aliran pendapatan (revenue stream): menguraikan tata cara untuk merealisasikan potensi kontribusi pendapatan yang didukung oleh kegiatan yang dilakukan di poin 5 hingga 7.

Dari uraian di atas, penetapan konteks dan dinamikanya dapat ditentukan berdasarkan karakteristik kegiatan yang dilakukan di seluruh elemen model kanvas. Konteks pengelolaan risiko dapat dipindai dari karakteristik aktivitas, sumber daya, keterlibatan para pihak. Begitu juga dengan aktivitas yang dilakukan di segmentasi, membangun hubungan dan kanal kepada para pengguna produk dan pelayanan. Selain itu pemindaian terhadap potensi peristiwa risiko, penyebab dan dampak dapat juga ditetapkan secara simultan.